Sabtu, 08 Desember 2012

Rangkuman Biologi Bab Sistem Peredaran Darah pada Manusia Kelas XI


A. Darah

Apakah Anda pernah melihat orang yang sedang melakukan donor
darah? Atau Anda sendiri pernah melakukannya? Donor darah adalah
proses pengambilan darah dari tubuh dengan jumlah tertentu untuk
dipindahkan pada tubuh orang lain dengan golongan darah yang sama.
Darah merupakan salah satu komponen sistem sirkulasi (peredaran
darah) yang sangat penting. Darah dan sistem peredaran darah memiliki
fungsi sebagai berikut.




1. Mengedarkan sari makanan (nutrisi) dari sistem pencernaan
makanan ke seluruh sel-sel tubuh
2. Transportasi oksigen dari paru-paru ke sel-sel seluruh tubuh, dan
transportasi karbon dioksida dari sel-sel seluruh tubuh ke paru-paru
3. Pengangkutan sisa metabolisme dari sel-sel tubuh ke organ ekskresi
(pengeluaran)
4. Pengangkutan hormon dari kelenjar endokrin ke sel-sel atau jaringan
target
5. Membantu keseimbangan cairan tubuh
6. Membantu dalam mengatur suhu tubuh


1. Komposisi Darah
Anda pasti pernah melihat darah. Tahukah Anda komposisi darah
tersebut? Komposisi darah dapat diperoleh dengan cara memutar darah
dalam suatu tabung dengan kecepatan tinggi. Proses pemutaran darah
tersebut dinamakan sentrifugasi. Dari hasil sentrifugasi, darah akan
terpisah menjadi dua bagian, yaitu bagian bawah yang padat dan bagian
atas berupa cairan. Cairan pada bagian atas adalah plasma darah (55%),
sedangkan bagian bawah terdapat sel-sel darah (45%).


. Plasma Daraha
Plasma darah mengisi sekitar 55% dari total volume darah. Salah
satu fungsi plasma darah yaitu mengatur keseimbangan osmosis darah di
dalam tubuh. Pada manusia, plasma darah tersusun atas air (90%) dan
bahan-bahan terlarut (10%). Berikut ini komposisi plasma darah beserta
fungsinya.


b. Sel-Sel Darah
Terdapat sekitar 45% sel-sel darah di dalam darah. Sel-sel darah
tersusun atas sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit),
dan keping darah (trombosit). Untuk lebih memahami komposisi selsel
darah dalam tubuh manusia


1) Sel darah merah
Sel darah merah (eritrosit) berfungsi mengangkut atau mengedarkan
oksigen dan karbon dioksida. Kemampuan mengikat oksigen dan karbon
dioksida oleh sel darah merah adalah karena adanya hemoglobin.
Hemoglobin adalah suatu protein yang memiliki daya ikat kuat terhadap
O2 dan CO2.


2) Sel darah putih
Sel darah putih (leukosit) berfungsi dalam pertahanan dan kekebalan
tubuh. Leukosit akan mempertahankan tubuh dari serangan penyakit.
Fungsi tersebut didukung oleh kemampuan leukosit untuk bergerak
amoeboid (seperti Amoeba) dan sifat fagositosis (memangsa atau
memakan).
Berdasarkan ada atau tidaknya granula di dalam sitoplasmanya,
leukosit dibagi menjadi leukosit tidak bergranula (agranulosit) dan
leukosit bergranula (granulosit).


a) Agranulosit
Agranulosit merupakan leukosit yang tidak memiliki granula pada
sitoplasmanya. Terdapat dua jenis agranulosit, yaitu limfosit dan monosit.
Limfosit adalah leukosit yang tidak dapat bergerak dan memiliki satu
inti sel. Limfosit berfungsi dalam membentuk antibodi. Limfosit berukuran
antara 8–14 μm. Monosit berukuran lebih besar daripada limfosit, yaitu
14–19 μm. Monosit memiliki inti berbentuk menyerupai ginjal.

b) Granulosit
Granulosit merupakan leukosit yang memiliki granula pada
sitoplasmanya. Berdasarkan sifat-sifat granul yang dimilikinya, granulosit
dibedakan menjadi tiga, yaitu neutrofil, basofil, eosinofil


3) Keping darah
Keping darah disebut juga dengan trombosit. Trombosit berbentuk
bulat, lonjong, bahkan berbentuk tidak beraturan. Trombosit tidak
memiliki inti dan berukuran lebih kecil dibandingkan eritrosit.
Jumlah trombosit sekitar 250.000–400.000 dalam setiap milimeter
kubik darah. Trombosit dapat hidup selama delapan hari. Trombosit
berfungsi dalam proses penggumpalan darah. Mengenai peran trombosit
dalam penggumpalan darah, akan dibahas pada materi selanjutnya.

2. Mekanisme Penggumpalan Darah
Pernahkan Anda terjatuh dari sepeda dan lutut Anda terluka? Luka
tersebut akan mengeluarkan darah. Akan tetapi, apa yang terjadi pada
luka tersebut setelah beberapa hari? Luka tersebut akan menutup dan
kering.
Apabila pembuluh darah rusak atau terpotong karena luka, darah
akan mengalir keluar dari pembuluh darah. Akan tetapi, darah tersebut
akan berhenti mengalir keluar karena terjadi proses penggumpalan darah.
Bagaimanakah mekanisme penggumpalan darah tersebut?
Di dalam plasma darah terdapat trombosit yang akan pecah apabila
menyentuh permukaan yang kasar. Jika trombosit pecah, enzim
tromboplastin yang dikandungnya akan keluar bercampur dengan plasma
darah. Selain trombosit, di plasma darah terdapat protombin. Protombin akan


diubah menjadi trombin oleh enzim tromboplastin. Perubahan protombin
menjadi trombin dipicu oleh ion kalsium (Ca2+). Protombin adalah suatu
protein plasma yang pembentukannya memerlukan vitamin K.
Trombin akan berfungsi sebagai enzim yang dapat mengubah
fibrinogen menjadi fibrin. Fibrinogen adalah suatu protein yang terdapat
dalam plasma. Adapun fibrin adalah protein berupa benang-benang yang
tidak larut dalam plasma. Benang-benang fibrin yang terbentuk akan
saling bertautan sehingga sel-sel darah merah beserta plasma akan terjaring
dan membentuk gumpalan. Jaringan baru akan terbentuk menggantikan
gumpalan tersebut dan luka akan menutup


3. Golongan Darah dan Transfusi Darah
Apakah golongan darah Anda? Apakah sama dengan kakak atau
adik Anda? Golongan darah pada setiap orang belum tentu sama. Hal ini
disebabkan adanya beberapa golongan darah pada manusia. Apa sajakah
golongan darah pada manusia tersebut?
Berdasarkan komposisi aglutinogen dan aglutininnya, golongan darah
manusia dibedakan menjadi golongan darah A, B, AB, dan O.
Penggolongan darah ABO ditemukan oleh seorang ahli imunologi Austria,
Karl Landsteiner (1868–1943). Penggolongan darah ini berdasarkan atas
terdapatnya dua jenis aglutinogen, yaitu aglutinogen A dan aglutinogen B.
Aglutinogen dan aglutinin adalah kandungan protein di dalam darah.
Aglutinogen merupakan protein berupa antigen, sedangkan aglutinin
merupakan protein berupa antibodi.


Selain sistem ABO, terdapat penggolongan daerah lainnya, yaitu
sistem rhesus (rh). Sistem ini didasarkan atas ada atau tidaknya
aglutinogen rhesus di dalam darah. Landsteiner menemukan sistem rh
ini pada percobaannya terhadap kera Macaca rhesus. Pada sistem rh, apabila
darah seseorang mengandung aglutinogen rhesus maka orang tersebut
termasuk rhesus positif (rh+). Adapun jika tidak mengandung
aglutinogen rhesus, orang tersebut termasuk rhesus negatif (rh–).
Penggolongan darah ABO berperan dalam transfusi darah. Transfusi
darah adalah proses pemindahan darah dari tubuh seseorang ke dalam tubuh
orang lain. Orang yang menerima darah disebut penerima atau resipien.
Adapun orang yang memberikan darahnya disebut pemberi atau donor.
Hal yang harus diperhatikan dalam tranfusi darah adalah jenis
aglutinogen donor dan aglutinin resipien. Aglutinin memiliki kemampuan
untuk menggumpalkan eritrosit. Jadi, apabila aglutinogen donor
bercampur dengan aglutinin resipien, darah resipien akan menggumpal.
Darah donor yang bercampur dalam tubuh resipien akan dianggap sebagai
antigen oleh tubuh. Agar Anda lebih memahami transfusi darah
perhatikan


4. Gangguan dan Penyakit yang Berkaitan dengan Darah
Terdapat beberapa gangguan dan penyakit yang berkaitan dengan
darah. Gangguan tersebut dapat disebabkan oleh faktor fisiologis maupun
faktor genetik.

a. Anemia
Anemia merupakan penyakit berupa kurangnya kadar hemoglobin,
Fe, dan eritrosit di dalam tubuh. Dalam keadaan normal, kadar Hb dalam
darah yaitu 12–16 gram%. Adapun jumlah eritrosit normal yaitu 5,3 juta/
mm3 darah. Seorang yang menderita anemia memiliki gejala muka pucat,
lesu, sakit kepala, dan gangguan menstruasi.

b. Leukemia
Pada leukemia, produksi sel darah putih melebihi batas normal. Hal
ini disebabkan oleh pertumbuhan abnormal pada jaringan yang


memproduksi sel-sel darah. Leukemia dapat disebabkan oleh infeksi virus,
terkena sinar radio aktif, terkena zat-zat kimia, serta faktor keturunan
(genetik). Penderita leukimia memiliki ciri-ciri pucat, lesu, demam, dan
pendarahan.

c. Thalasemia
Thalasemia adalah suatu penyakit yang diakibatkan oleh gangguan
produksi hemoglobin dan eritrosit. Thalasemia merupakan penyakit
genetik atau keturunan. Gejala penyakit thalasemia sangat bervariasi,
di antaranya anemia, pembesaran limfa, bentuk tulang abnormal, dan
gangguan pertumbuhan.

d. Sickle Cell Anemia
Sickle cell anemia adalah suatu penyakit yang ditandai dengan bentuk
sel darah merah menyerupai bulan sabit. Sel darah merah yang berbentuk
bulan sabit tersebut mudah untuk saling tindih pada pembuluh darah.
Akibatnya, sel darah tersebut menyumbat pembuluh darah dan terjadi
hemolisis (pecah). Selain itu, bentuk bulan sabit berakibat kurangnya
daya ikat terhadap oksigen.

2 komentar:

sablon cup mengatakan...

mantap, sangat membantu..

www.kiostiket.com

tol mengatakan...

terima kasih pak..