Sistem Reproduksi Wanita
A1. Anatomi Organ Reproduksi Wanita
Peran wanita dalam reproduksi lebih
rumit bila dibandingkan dengan pria. Fungsi utama sistem reproduksi pada
wanita adalah (1) pembentukan ovum (oogenesis); (2)menerima sperma; (3) transportasi sperma dan ovum ke tempat penyatuan (fertilisasi/pembuahan, atau konsepsi); (4) pemeliharaan janin yang sedang berkembang sampai janin tersebut dapat bertahan hidup di dunia luar (gestasi atau kehamilan), termasuk pembentukan plasenta; (5) melahirkan bayi (partus); dan (6) memberi makan pada bayi yang baru dilahirkan dengan menghasilkan susu
.
.
Ovarium memiliki ukuran panjang 3 – 5 cm, lebar 2 – 3 cm, dan tebal 1 cm, berbentuk seperti kacang kenari. Oviductus (Tubae uterinae atau Tuba Fallopi),
yang menjemput ovum pada ovulasi dan berfungsi sebagai tempat
pembuahan, memiliki ukuran panjang 10 cm dan diameter 0,7 cm, organ ini
terbagi menjadi Infundibulum tubae uterinae yang menyerupai corong dengan struktur yang menyerupai jari-jari yang disebut Fimbriae tubae uterinae yang berfungsi menangkap oosit yang akan di ovulasi; Ampula tubae uterinae; dan Istmus tubae uterinae yaitu bagian tersempit dan berhubungan langsung dengan Uterus. Uterus memiliki
rongga dan berdinding tebal, yang terutama berperan dalam
mempertahankan janin selama perkembangannya dan mengeluarkannya pada
akhir masa kehamilan, berbentuk seperti buah pir terbalik dan dalam
kehamilan tidak hamil memiliki panjang 7 cm, lebar 5 cm, dan diameter
2,3 cm, bagian terbawah Uterus, Cerviks, menonjol ke dalam vagina dan memiliki sebuah lubang, Canalis cervicalis. Sperma didepositkan di vagina oleh penis selama hubungan kelamin. Canalis cervicalis berfungsi sebagai jalur untuk sperma melintasi uterus ke tempat pembuahan di Tuba fallopi, dan sewaktu mengalami dilatasi saat prose persalinan. Vagina yaitu organ kopulasi wanita memiliki panjang 8 – 10 cm.
Muara vagina terletak di regio perineum antara muara urethrae di
bagian anterior dan anus di bagian posterior. Lubang ini ditutup secara
parsial oleh himen, yang secara fisik dapat robek karena berbagai cara,
termasuk hubungan kelamin yang pertama. Muara vagina dan urethra
dikelilingi di sebelah lateral oleh dua pasang lipatan kulit, Labia minora dan Labia majora. Clitoris, sebuah struktur erotik kecil dan terdiri dari jaringan yang identik glans penis.
Gambar 1: Organ Reproduksi wanita
A2. Fisiologi Organ Reproduksi Wanita
Berbeda dengan sel sperma yang
diproduksi seumur hidup oleh pria, sel telur pada wanita terbatas
jumlahnya. Jumlah sel telur wanita, pada usia tujuh tahun adalah sekitar
300.000. Akan tetapi, jumlah tersebut berkurang seiring waktu. Selama
masa reproduksi, sel telur yang akan dilepaskan hanya sekitar 400–500
buah sel telur (Starr and Taggart, 1995: 780). Sel t elur tersebut
diovulasikan setiap bulan mulai dari masa aktif reproduksi saat
menstruasi kali pertama. Jadi, kurang lebih wanita akan mengalami masa
subur dalam waktu 33 hingga 41 tahun atau dalam rentang usia 12 hingga
45–63 tahun.
Gambar 2 : Oogenesis
Oosit
primer telah dibentuk pada saat organogenesis bayi di dalam rahim dan
telah mencapai tahap profase I. Setelah oosit terbentuk, oosit
mengalami masa penantian (arestasi) hingga akhirnya wanita tersebut
mulai memasuki masa subur yang ditandai dengan menstruasi. Kemudian,
oosit melanjutkan pembelahan meiosisnya menjadi dua buah oosit sekunder.
Salah satu dari oosit tersebut, akan mengalami degenerasi sehingga
hanya ada satu oosit yang akan berkembang. Oosit degeneratif ( badan
polar) hasil meiosis I tidak akan ikut dalam meiosis II. Oosit sekunder,
lalu akan mengalami pembelahan
meiosis
kedua menghasilkan satu buah oosit fungsional. Oosit fungsional
tersebut kemudian yang akan diovulasikan setiap bulan (dalam periode
lebih
kurang 28 hari) selama masa subur wanita.
B. Anatomi dan Fisiologi Organ Reproduksi Pria
B1. Anatomi Organ Reproduksi Pria
Sistem reproduksi pria terdiri dari testis, epididimis, ductus deferen, ductus ejaculatorius, urethrae, danpenis. Fungsi reproduksi penting pada pria adalah (1) pembentukan sperma (spermatogenesis)
yaitu proses perkembangan spermatogonia menjadi spermatozoa yang
berlangsung sekitar 64 hari, dan (2) penyaluran sperma pada wanita.
Organ penghasil sperma, testis adalah organ lunak berbentuk oval dengan
panjang 4 – 5 cm dan berdiameter 2,5 cm. Epididimis adalah tuba terlilit yang panjangnya mencapai 20 kaki (4 – 6 meter) yang terletak di sepanjang sisi posterior testis. Ductus deferen adalah kelanjutan epididimis, yang masing-masing meninggalkan skrotum, menanjak menuju dinding abdominal kanal inguinal, lalu mengalir di posterocaudal Vesica urinaria untuk bergabung denganductus ejaculatorius. Ductus ejaculatorius pada kedua sisi terbentuk dari pertemuan pembesaran (ampula) di bagian ujung Ductus deferen dan ductus Vesicula seminalis. Urethrae merentang dari Vesica urinaria hingga pangkal penis dan terdiri dari tiga bagian, yaitu Urethrae pars prostatica, Urethrae pars membranacea, dan Urethrae pars spongiosa. Organ yang terakhir adalah penis, penis terdiri dari 3 bagian, pangkal penis, Corpus penis, dan Glans penis.
Sistem reproduksi pria dirancang
untuk menyalurkan sperma ke saluran reproduksi wanita dalam suatu
vehikulum cair, yaitu semen, yang kondusif untuk viabilitas sperma.
Kelenjar seks tambahan yang utama, yang sekresinya membentuk sebagian
besar semen, adalah Vesicula seminalis yang berfungsi untuk memberi nutrisi dan melindungi sperma, Glandula prostatica yang
mengeluarkan cairan basa menyerupai susu yang menetralisir keasaman
vagina selama senggama dan meningkatkan motilitas sperma yang akan
optimum pada pH 6,0 – 6,5, serta sepasang Glandula bulbourethralis yang mensekresi cairan basa yang mengandung mukus ke dalam urethra penis untuk melumasi dan melindungi semen.
Mekanisme Ereksi
Penis sebagian besar terdiri dari jaringan erektil yang terdiri dari dua buah corpus cavernosum, dan satu buah corpus spongiosum.
Apabila terjadi stimulasi seksual, arteriol-arteriol yang sebelumnya
kontriksi secara refleks akan berdilatasi dan jaringan erektil akan
terisi oleh darah, sehingga penis melebar, memanjang, dan mengeras.
Organ reproduksi dalam pria terdiri atas testis, saluran pengeluaran dan kelenjar asesoris.
a. Testis
Testis adalah kelenjar kelamin
jantan pada hewan dan manusia. Testis berjumlah sepasang (testes =
jamak). Testis dibungkus oleh skrotum, kantong kulit di bawah perut.
Pada manusia, testis terletak di luar tubuh, dihubungkan dengan tubulus
spermatikus dan terletak di dalam skrotum. Ini sesuai dengan fakta bahwa
proses spermatogenesis pada mamalia akan lebih efisien dengan suhu
lebih rendah dari suhu tubuh (< 37°C).
Pada tubulus spermatikus terdapat
otot kremaster yang apabila berkontraksi akan mengangkat testis mendekat
ke tubuh. Bila suhu testis akan diturunkan, otot kremaster akan
berelaksasi dan testis akan menjauhi tubuh. Fenomena ini dikenal dengan
refleks kremaster.
Selama masa pubertas, testis
berkembang untuk memulai spermatogenesis. Ukuran testis bergantung pada
produksi sperma (banyaknya spermatogenesis), cairan intersisial, dan
produksi cairan dari sel Sertoli.
Pada umumnya, kedua testis tidak
sama besar. Dapat saja salah satu terletak lebih rendah dari yang
lainnya. Hal ini diakibatkan perbedaan struktur anatomis pembuluh darah
pada testis kiri dan kanan.
Testis berperan pada sistem reproduksi dan sistem endokrin. Fungsi testis:
– memproduksi sperma (spermatozoa)
– memproduksi hormon seks pria seperti testosteron.
Kerja testis di bawah pengawasan hormon gonadotropik dari kelenjar pituitari bagian anterior:
– luteinizing hormone (LH)
– Follicle Stimulating Hormone (FSH)
Testis dibungkus oleh lapisan fibrosa yang disebut tunika albuginea. Di dalam testis terdapat banyak saluran yang disebut tubulus seminiferus. Tubulus ini dipenuhi oleh lapisan sel sperma yang sudah atau tengah berkembang.
Spermatozoa (sel benih yang sudah
siap untuk diejakulasikan), akan bergerak dari tubulus menuju rete
testis, duktus efferen, dan epididimis. Bila mendapat rangsangan
seksual, spermatozoa dan cairannya (semua disebut air mani) akan
dikeluarkan ke luar tubuh melalui vas deferen dan akhirnya, penis. Di
antara tubulus seminiferus terdapat sel khusus yang disebut sel intersisial Leydig. Sel Leydig memproduksi hormon testosteron. Pengangkatan testis disebut orchidektomi atau kastrasi.
b. Saluran reproduksi
Saluran pengeluaran pada organ reproduksi dalam pria terdiri dari epididimis, vas deferens, saluran ejakulasi dan uretra.
- Epididimis (tempat pematangan sperma)
Epididimis merupakan saluran
berkelok-kelok di dalam skrotum yang keluar dari testis. Epididimis
berjumlah sepasang di sebelah kanan dan kiri. Epididimis berfungsi
sebagai tempat penyimpanan sementara sperma sampai sperma menjadi matang
dan bergerak menuju vas deferens
- Vas deferens (saluran sperma dari testis ke kantong sperma)
Vas deferens atau saluran sperma
(duktus deferens) merupakan saluran lurus yang mengarah ke atas dan
merupakan lanjutan dari epididimis. Vas deferens tidak menempel pada
testis dan ujung salurannya terdapat di dalam kelenjar prostat. Vas
deferens berfungsi sebagai saluran tempat jalannya sperma dari
epididimis menuju kantung semen atau kantung mani (vesikula seminalis).
- Saluran ejakulasi
Saluran ejakulasi merupakan saluran
pendek yang menghubungkan kantung semen dengan uretra. Saluran ini
berfungsi untuk mengeluarkan sperma agar masuk ke dalam uretra
- Uretra
Uretra merupakan saluran akhir
reproduksi yang terdapat di dalam penis. Uretra berfungsi sebagai
saluran kelamin yang berasal dari kantung semen dan saluran untuk
membuang urin dari kantung kemih.
c. Kelenjar kelamin
Kumpulan kelenjar aksesoris terdiri
dari vesikula seminalis, prostate, dan kelenjar bulbouretralis. Sebelum
ejakulasi, kelenjar tersebut mensekresikan mucus bening yang menetralkan
setiap urine asam yang masih tersisa dalam uretra.
Sel-sel sperma dapat bergerak dan
mungkin aktif mengadakan metabolisme setelah mengadakan kontak dengan
plasma semen. Plasma semen mempunyai dua fungsi utama yaitu: berfungsi
sebagai media pelarut dan sebagai pengaktif bagi sperma yang mula-mula
tidak dapat bergerak serta melengkapi sel-sel dengan substrat yang kaya
akan elektrolit (natrium dan kalium klorida), nitrogen, asam sitrat,
fruktosa, asam askorbat, inositol, fosfatase sera ergonin, dan sedikit
vitamin-vitamin serta enzim-enzim. Kelenjar aksesoris terdiri dari:
- Vesikula seminalis (tempat penampungan sperma)
Vesikula seminalis atau kantung
semen (kantung mani) merupakan kelenjar berlekuk-lekuk yang terletak di
belakang kantung kemih. Dinding vesikula seminalis menghasilkan zat
makanan yang merupakan sumber makanan bagi sperma.
Vesikula seminalis menyumbangkan
sekitar 60 % total volume semen. Cairan tersebut mengandung mukus, gula
fruktosa (yang menyediakan sebagian besar energi yang digunakan oleh
sperma), enzim pengkoagulasi, asam askorbat, dan prostaglandin.
Gambar 3. Vesikula seminalis
- Kelenjar prostat (penghasil cairan basa untuk melindungi sperma)
Kelenjar prostat melingkari bagian
atas uretra dan terletak di bagian bawah kantung kemih. Kelenjar prostat
adalah kelenjar pensekresi terbesar. Cairan prostat bersifat encer dan
seperti susu, mengandung enzim antikoagulan, sitrat (nutrient bagi
sperma), sedikit asam, kolesterol, garam dan fosfolipid yang berperan
untuk kelangsungan hidup sperma.
Gambar 4. Kelenjar prostat dan Anatomi Organ Reproduksi Pria
- Kelenjar bulbouretra / cowper (penghasil lendir untuk melumasi saluran sperma)
Kelenjar bulbouretralis adalah
sepasang kelenjar kecil yang terletak disepanjang uretra, dibawah
prostat. Kelenjar Cowper (kelenjar bulbouretra) merupakan kelenjar yang
salurannya langsung menuju uretra. Kelenjar Cowper menghasilkan getah
yang bersifat alkali (basa).
Gambar 5. Kelenjar bulbouretra
Alat kelamin luar
- Penis
Penis (dari bahasa Latin yang artinya “ekor”, akar katanya sama dengan phallus,
yang berarti sama) adalah alat kelamin jantan. Penis merupakan organ
eksternal, karena berada di luar ruang tubuh. Pada manusia, penis
terdiri atas tiga bangunan silinder berisi jaringan spons. Dua rongga
yang terletak di bagian atas berupa jaringan spons korpus kavernosa. Satu rongga lagi berada di bagian bawah yang berupa jaringan spons korpus spongiosum yang membungkus uretra. Ujung penis disebut denganglan penis.
Uretra pada penis dikelilingi oleh jaringan erektil yang
rongga-rongganya banyak mengandung pembuluh darah dan ujung-ujung saraf
perasa. Bila ada suatu rangsangan, rongga tersebut akan terisi penuh
oleh darah sehingga penis menjadi tegang dan mengembang (ereksi).
Fungsi penis secara biologi adalah
sebagai alat pembuangan sisa metabolisme berwujud cairan (urinasi) dan
sebagai alat bantu reproduksi. Penis sejati dimiliki oleh mamalia.
Reptilia tidak memiliki penis sejati karena hanya berupa tonjolan kecil
serta tidak tampak dari luar, sehingga disebut sebagaihemipenis (setengah penis).
Gambar 6. Struktur penis
- Skrotum
Skrotum adalah kantung (terdiri dari
kulit dan otot) yang membungkus testis atau buah zakar. Skrotum
terletak di antara penis dan anus serta di depan perineum. Pada wanita,
bagian ini serupa dengan labia mayora. Skrotum berjumlah sepasang, yaitu
skrotum kanan dan skrotum kiri. Di antara skrotum kanan dan skrotum
kiri dibatasi oleh sekat yang berupa jaringan ikat dan otot polos (otot
dartos). Otot dartosberfungsi untuk menggerakan skrotum sehingga
dapat mengerut dan mengendur. Di dalam skrotum juga tedapat serat-serat
otot yang berasal dari penerusan otot lurik dinding perut yang disebut otot kremaster. Pada skrotum manusia dan beberapa mamalia bisa terdapat rambut pubis. Rambut pubis mulai tumbuh sejak masa pubertas.
Fungsi utama skrotum adalah untuk memberikan kepada testis suatu lingkungan yang memiliki suhu 1-8oC
lebih dingin dibandingkan temperature rongga tubuh. Fungsi ini dapat
terlaksana disebabkan adanya pengaturan oleh sistem otot rangkap yang
menarik testis mendekati dinding tubuh untuk memanasi testis atau
membiarkan testis menjauhi dinding tubuh agar lebih dingin. Pada
manusia, suhu testis sekitar 34°C. Pengaturan suhu dilakukan dengan
mengeratkan atau melonggarkan skrotum, sehingga testis dapat bergerak
mendekat atau menjauhi tubuh. Testis akan diangkat mendekati tubuh pada
suhu dingin dan bergerak menjauh pada suhu panas.
B2. Fisiologi Organ Reproduksi Pria
Spermatogenesis merupakan proses
pembentukan dan pematangan spermatozoa (sel benih pria). Proses ini
berlangsung dalam testis (buah zakar) dan lamanya sekitar 72 hari.
Proses spermatogenesis sangat bergantung pada mekanisme hormonal tubuh.
Spermatozoa ( sperma) yang normal memiliki kepala dan ekor, di mana
kepala mengandung materi genetik DNA, dan ekor yang merupakan alat
pergerakan sperma. Sperma yang matang memiliki kepala dengan bentuk
lonjong dan datar serta memiliki ekor bergelombang yang berguna
mendorong sperma memasuki air mani. Kepala sperma mengandung inti yang
memiliki kromosom dan juga memiliki struktur yang disebut akrosom. Akrosom
mampu menembus lapisan jelly yang mengelilingi telur dan membuahinya
bila perlu. Sperma diproduksi oleh organ yang bernama testis dalam
kantung zakar. Hal ini menyebabkan testis terasa lebih dingin
dibandingkan anggota tubuh lainnya. Pembentukan sperma berjalan lambat
pada suhu normal, tapi terus-menerus terjadi pada suhu yang lebih rendah
dalam kantung zakar. Pada tubulus seminiferus testis terdapat sel-sel
induk spermatozoa Atau spermatogonium. Selain itu juga terdapat sel
Sertoli yang berfungsi memberi makan spermatozoa juga sel Leydig yang
terdapat di antara tubulus seminiferus. Sel Leydig berfungsi
menghasilkan testosteron.
Proses spermatogenesis
Spermatogonium berkembang menjadi
sel spermatosit primer. Sel spermatosit primer bermiosis menghasilkan
spermatosit sekunder. Spermatosit sekunder membelah lagi menghasilkan
spermatid. Spermatid berdeferensiasi menjadi spermatozoa masak. Bila
spermatogenesis sudah selesai, maka ABP (Androgen Binding Protein) testosteron
tidak diperlukan lagi, sel Sertoli akan menghasilkan hormon inhibin
untuk memberi umpan balik kepada hipofisis agar menghentikan sekresi FSH
dan LH. Kemudian spermatozoa akan keluar melalui uretra bersama-sama
dengan cairan yang dihasilkan oleh kelenjar vesikula seminalis, kelenjar
prostat, dan kelenjar Cowper. Spermatozoa bersama cairan dari
kelenjar-kelenjar tersebut dikenal sebagai semen atau air mani. Pada
waktu ejakulasi, seorang
laki-laki dapat mengeluarkan 300 –
400 juta sel spermatozoa. Pada laki-laki spermatogenesis terjadi seumur
hidup dan pelepasan spermatozoa dapat terjadi setiap saat.
Gambar 7: Anatomi Sperma
Gambar 8: Spermatogenesis
C. Fertilisasi, Kehamilan, dan Melahirkan
Pada setiap siklus menstruasi
normal, satu telur (ovum) dilepaskan dari salah satu ovarium, sekitar 14
hari sebelum periode menstruasi berikutnya. Pelepasan telur ini disebut
ovulasi. Sel telur yang telah dilepaskan oleh ovum akan menuju ke
tuba. Pada ovulasi, lendir di leher rahim menjadi lebih cair dan lebih
elastis, yang memungkinkan sperma masuk rahim dengan cepat. Dalam waktu 5
menit, sperma bisa bergerak dari vagina, melalui leher rahim ke dalam
rahim, dan sampai ke tuba fallopi uantuk melakukan fertilisasi. Sel-sel
yang melapisi tuba falopi memfasilitasi fertilisasi. Untuk membuahi
sebuah ovum, sebuah sperma mula-mula harus melewati korona radiata dan
zona pelusida yang mengelilingi ovum tersebut. Setelah terjadi
fertilisasi atau pembuahan oleh sperma terjadi maka sel yang dihasilkan
adalah zigot. Kemudian terjadi pembelahan pada zigot sehingga
menghasilkan morula. Morula kemudian menuju ke uterus dan hidup dari
sekresi endometrium dan terus membelah diri. Selama enam sampai tujuh
hari setelah ovulasi, endometrium secara simultan dipersiapkan untuk
implantasi di bawah pengaruh progesteron fase luteal. Selama waktu ini,
uterus berada dalam fase sekretorik atau progestasional, mengumpulkan
penyimpanan glikogen dan mengandung banyak pembuluh darah. Dalam keadaan
normal pada saat endometrium siap diimplantasikan, morula kemudian
berdiferensiasi menjadi blastokista yang mampu melakukan implantasi.
Blastokista adalah satu lapis sel-sel berbentuk bola (sferis) yang
mengelilingi suatu rongga berisi cairan dengan massa padat sel-sel (inner cell mass)
yang akan menjadi janin itu sendiri. Dinding blastokista merupakan
salah satu sel tebal, kecuali di suatu bagian, di mana ia adalah tiga
sampai empat sel tebal. Sel-sel bagian dalam di daerah menebal
berkembang menjadi embrio, dan sel-sel luar ke dalam dinding rahim
berkembang menjadi plasenta. Bagian blastokista sisanya tidak akan
menyatu dengan janin tetapi berfungsi sebagai penunjang selama kehidupan
intrauterus. Lapisan tipis paling luar, yaitu trofoblas,
bertanggungjawab menyelesaikan implantasi. Rongga cairan yang disebut
blastokel akan menjadi kantung amnion yang mengelilingi dan menjadi
bantalan bagi janin selama kehamilan.
Ketika blastokista siap melaksanakan
implantasi, permukaanya menjadi lengket. Blastokista melekat ke lapisan
dalam uterus. Implantasi dimulai ketika sel-sel trofoblastik
mengeluarkan enzim-enzim proteolitik sewaktu bersentuhan dengan
endometrium. Enzim-enzim ini mencerna jalan diantara sel-sel
endometrium, sehingga sel-sel trofoblas yang berbentuk jari-jari dapat
menembus ke dalam endometrium tempat implantasi dilakukan. Invasi
trofoblas pada endometrium menyebabkan sel-sel endometrium mengeluarkan
prostaglandin yang bekerja secara lokal untuk meningkatkan vaskularisasi
sehingga menyebabkan edema dan meningkatkan simpanan zat gizi. Jaringan
endometrium yang mengalami perubahan tersebut disebut desidua. Pada
jaringan desidua yang superkaya inilah blastokista tertanam.
Lapisan trofoblas terus mencerna
sel-sel desidua disekitarnya dan menyediakan energi sampai plasenta
terbentuk. Simpanan glikogen dalam endometrium hanya mampu memberi makan
pada minggu-minggu pertama. Untuk mempertahankan hidup di uterus,
terbentuklah plasenta, suatu organ khusus untuk pertukaran antara darah
ibu dan janin. Plasenta berasal dari jaringan trofoblastik dan desidua.
Lapisan desidua yang meliputi hasil
konsepsi ke arah kavum uteri disebut desidua kapsularis; yang terletak
antara hasil konsepsi dan dinding uterus disebut desidua basalis; pada
tempat itulah plasenta akan dibentuk. Saat ini lapisan trofoblastik
sudah mencapai ketebalan dua lapisan yang disebut korion. Karena uterus
mengeluarkan enzim dan meluas, korion membentuk suatu jaringan
rongga-rongga yang meluas di dalam desidua. Dinding kapiler desidua
mengalami erosi akibat ekspansi korion sehingga rongga berisi darah ibu.
Terbentuk tonjolan-tonjolan mirip jari dari jaringan korion yang meluas
ke dalam genangan darah ibu. Janin segera mengirimkan kapiler ke
tonjolan-tonjolan korion untuk membentuk vilus plasenta. Sebagian vilus
meluas secara sempurna menembus ruang-ruang berisi darah untuk
menambatkan plasenta bagian janin ke jaringan endometrium, tetapi
sebagian besar hanya menonjol ke dalam genangan darah ibu. Setiap vilus
plasenta mengandung kapiler janin yang dikelilingi oleh selapis tipis
jaringan korion yang memisahkan darah janin dan darah ibu di ruangan
antarvilus. Melalui sawar yang sangat tipis inilah semua bahan
dipertukarkan antara darah ibu dan janin. Plasenta menghasilkan beberapa
hormon yang membantu menjaga kehamilan, misalnya plasenta menghasilkan Human Chorionic Gonadotropin (HCG),
yang mencegah indung telur dari telur melepaskan dan menstimulasi
ovarium untuk menghasilkan estrogen dan progesterone. Keseluruhan sistem
struktur ibu (desidua) dan janin (korion) yang saling mengunci ini
membentuk plasenta.
Plasenta adalah organ yang berfungsi
respirasi, nutrisi, ekskresi dan produksi hormon. Transfer zat melalui
vili terjadi melalui mekanisme difusi sederhana, difusi terfasilitasi,
aktif, dan pinositosis. Difusi sederhana misalnya pertukaran oksigen,
difusi terfasilitasi misalnya difusi glukosa akibat perbedaan kadar
glukosa antara ibu dan janin, transport aktif misalnya traspor as.amino dan vitamin, pinositosis misalnya traspor IgG, fosfolipid, dan lipoprotein.
Janin dan plasenta dihubungkan oleh
tali pusar yang berisi oleh 2 arteri dan satu vena, vena berisi oleh
darah penuh oksigen, sedangkan arteri yang kembali dari janin berisi
darah kotor. Pada kehamilan aterm arus darah uteroplasenta berkisar
500-750 ml/menit, jika arus darah uteroplasenta berkurang misalnya pada
pre-eklampsia mengakibatkan perkembangan janin terhambat. Konsep yang
diterima saat ini, jika implantasi plasenta yang memang tidak normal
sejak awal menyebabkan model arteri spiralis tidak sempurna (relatif
kaku). Hal ini menyebabkan sirkulasi uteroplasenta abnormal dan
beresiko pre-eklampsia.
Gambar 9 plasenta normal dan abnormal
Solusio plasenta adalah terlepasnya
plasenta sebagian atau seluruhnya dari tempat implantasinya sebelum
janin lahir yang implantasinya di atas 22 minggu. Solusio plasenta biasa
juga disebut placental abruption. Plasenta
normalnya terlepas setelah anak lahir, pelepasan plasenta sebelum
minggu ke-22 disebut abortus dan jika terjadi pelepasan plasenta pada
plasenta yang rendah implantasinya disebut plasenta previa bukan solusio
plasenta. Perdarahan
akibat solusio plasenta biasanya merembes diantara selaput ketuban dan
uterus, kemudian keluar melalui serviks, menyebabkan perdarahan
eksternal (revealed hemorrhage). Terkadang darah tidak keluar
tetapi tertahan di antara plasenta yang terlepas dan uterus, serta
menyebabkan perdarahan tersembunyi (concealed hemorrhage).
Solusio plasenta dapat total atau parsial. Solusio plasenta dengan
perdarahan tertutup menimbulkan bahaya yang lebih besar bagi ibu, tidak
saja karena kemungkinan koagulopati konsumtif tetapi juga karena jumlah
darah yang keluar sulit diperkirakan. Solusio plasenta sebenarnya lebih
berbahaya daripada plasenta previa bagi ibu hamil dan janinnya. Pada
perdarahan tersembunyi (concealed hemorrhage) yang luas di mana
perdarahan retroplasenta yang banyak dapat mengurangi sirkulasi
uteroplasenta dan menyebabkan hipoksia janin.
Fertilisasi terjadi jika sel telur
bertemu dengan sel sperma. Pada manusia, proses tersebut didahului
dengan proses senggama. Penis harus berada dalam keadaan tegak (ereksi
), agar dapat mengantarkan sperma ke dalam vagina.
Penis ereksi disebabkan oleh
melebarnya arteri dan menutupnya pembuluh vena di penis. Dengan demikian
ada banyak aliran darah yang masuk dan sedikit darah yang dikeluarkan
(ditahan dalam pembuluh darah penis). Pembuluh darah juga akan memenuhi
jaringan di dalam penis sehingga penis
mengalami
pemanjangan dan berubah menjadi lebih keras. Jika penis sudah ereksi,
proses senggama dapat dilakukan. Pada saat penis memasuki vagina,
reseptor di penis akan menerima rangsangan sentuhan yang menyebabkan
dikeluarkannya semen yang berisi jutaan sel sperma. Proses keluarnya
semen tersebut dinamakan ejakulasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar